Situ yang berada di Indonesia merupakan warisan colonial, dengan
fungsi utama sebagai wadah penampungan air. Namun keberadaan situ terus
tergerus dengan pertumbuhan wilayah. Seyogyanya dan berdasar paraturan yang
berlaku, situ memiliki kekuatan hukum dan kekuatan fungsi dimana pembangunan
yang terjadi disekitar situ harus merespon keberadaan situ, yang di maksudkan
bangunan sekitar yang menyesuaikan situ, bukan sebaliknya.
Bukan hanya situ yang kehilangan hirarkinya, namun kebudayaan
tradisional Indonesia pun terkena dampak. Keberagaman masyarakat, perkembangan
pola pikir, pertumbuhan dan waktu yang terus berjalan mempengaruhi kebudayaan
dan “ketradisional-an” dari keberagaman rakyat Indonesia.
Pada situ Babakan di wilayah Srengseng Sawah, Jakarta selatan ini
dilakukan revitalisasi dan pelestarian. Dalam bentuk mengembangkan perkampungan
budaya Betawi dan menjadikannya konsep kawasan pada situ Babakan ini. Dalam wilayah
ini juga komunitas ditumbuh kembangkan budaya yang meliputi hasil gagasan dan
karya baik fisik maupun non fisik.
Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar
Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu,
Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta
Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal)
dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur
dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta
kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah
direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan
Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Kegiatan Konservasi yang
dilakukan di Setu Babakan meliputi pengelolaan kawasan, dimana fokus usaha yang
dilakukan meliputi penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan bangunan
hingga infrastruktur di dalamnya.
Ada tiga tipe rumah tradisional betawi di situ babakan yaitu
Joglo, Gudang, dan Bapang. Jenis dibedakan oleh atap dan lebarnya rumah
(Syafwandi et Al, 1996). Pada akhirnya arsitektur rumah tradisional Betawi akan
mengalami trnasformasi desain dalam menyesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan masyarakat yang ada. Akibatnya tidak mustahil bila mana yang tersisa
nantinya adalah ornamen-ornamen atau detail-detail hiasan. Detail yang dimaksud
meliputi: daun jendela, daun pintu, langkang dan gigi baling. Empat elemn ini
yang pada akhirnya nanti bisa bertahan karena proses seleksi yang masih bias
diterapkan dalam bangunan masa kini. Meski mengalami gubahan bentuk.
Di situ babakan, jenis bangunan berarsitektur khas betawi sudah
tidak terlihat lagi secara utuh kecuali bagian teras atau serambi yang masih
dihadirkan dalam ukuran besar dan seadanya. Pada umumnya masyarakat betawi
menambahkan bentuk ornament pada bagian listplank yang memiliki ukuran atau
pola tertentu khas betawi pada bangunan rumah karena mudah dan murah. Material
yang digunakan pada Rumah Betawi di Setu Babakan adalah kayu dan beton. Warna
bangunan yang digunakan pada rumah Betawi di Setu Babakan adalah Coklat,
Kuning, dan Biru. Arti dari Warna kuning adalah keceriaan dan warna biru
berarti kesejukan. Kesimpulannya, orang Betawi memiliki sifat ceria dan
memberikan kesejukan.
SUMBER REFRENSI :
arighudul.wordpress.com/2016/05/25/konservasi-arsitektur-kawasan-setu-babakan-jakarta-selatan/
putrikumalasari.blogspot.co.id/2014/07/konservasi-arsitektur-setu-babakan.html